8 Januari 2014, siang hari kurang lebih jam 12.30 tepatnya. Hari itu gue dan
temen-temen gue akan pulang sekolah. Sebelumnya emang hari itu lagi galau
awannya dilangit. Meneteskan air hujan yang tak kunjung henti, rintik-rintik
terus berturunan. Tau lagu ini enggak,
♫ Tik.. tik.. tik.. waktu berdetik, eh salah.
♫ Tik.. tik.. tik.. bunyi hujan diatas genteng. ♫
♫ Airnya turun tidak terkira, cobalah tengok pohon dan
ranting. ♫
♫ Pohon dan ranting kering semua (iyalah hujannya kan, diatas
genteng bukan diatas pohon atau ranting). *mohon maaf jika ada kesalahan lirik,
kok jadi nyanyi sih?! Ok*
Salah satu temen gue
mengajak untuk ke salah satu rumah temennya (temen gue juga) untuk
menyelesaikan penulisan skenario film pendek tugas akhir sekolah yang akan
dibuat dalam waktu dekat ini. Gue menolak, bukannya enggak mau tapi gue enggak
enak aja, takutnya ngeramein dan enggak ngasih masukan ide, nanti malah banyak
becanda bukan banyak kerja. Itu sih yang gue pikirin. Gue juga termasuk dalam
pembuatan film pendek kelas tersebut, nantinya gue sebagai cameraman. Seneng
pasti, karena dipilih. Tanggung jawab gue ya harus sebaik mungkin nanti jika
sudah dilapangan, karena bagusnya proses editing tergantung pada nanti cara
cameraman mengambil sebuah gambar tersebut. Tidak hanya itu, sutradara, talent, boomer, editor, humas, property,
editing dan yang lainnya juga enggak kalah penting dalam pembuatan film
tersebut. Kita disini kerja tim, jadi ya harus saling mendukung dan saling
memperbaiki. Dalam tim tersebut pastinya ada ketua atau pembina untuk
mengkoordinasikannya.
Setelah gue menolak, ada beberapa temen gue juga yang enggak
ikut dalam proses pembuatan skenarionya, yaitu Budi, Rahmat, dan Ali. Nama
temen gue mungkin enggak asing kan?, di pasar juga banyak kok nama seperti itu
hehe (becanda, serius juga enggak apa-apa kok) alasannya enggak jauh beda sama
gue. Nah ketika kita mau pulang kerumah keluar dari gerbang sekolah, ternyata
hujan gede (deras.. dik, deras.. mana ada hujan gede, emang segede apasih?)
yang menghalangi kita untuk pulang. Kita menunggu hujan tersebut sampai reda.
Lebih tepatnya kita menunggu diparkiran sambil duduk-duduk aja *padahal
ngemodusin orang lewat haha. iseng sih becanda doang bukan modus haha*.
Sebelumnya, gue ngisengin helmnya Simamat. Mengambil (bukan
maling) dan meletakannya dimotor orang lain enggak jauh dari motornya. Simamat
pun sadar ketika kita lagi duduk-duduk, Siali bilang “Mat helmnya basah loh,
naro posisinya bener enggak?”. Simamat pun lalu melihat kearah motornya, lalu
bilang “aih ilang helmnya, aiya bener enggak ada”. Gue, Sibudi, dan Siali yang
udah tau kalau Simamat lagi diisengin, langsung sok pura-pura panik. Enggak
lama Simamat pun, melihat sekeliling parkiran dan melihat helmnya yang ternyata
dimotor orang lain.
Simamat : tuh helm saya (datar)
Gue : Iyatuh mirip (sok polos)
Siali : punya orang kali mat (meyakinkan)
Simamat : enggak ah, bener itu merek G*nz
Gue : Mirip doang sih, belum tentu itu punya mamat. Tapi
itunya buluk sih, berarti punya mamat tuh haha.
Siali, Sibudi, dan Simamat pun tertawa hahaha.
Simamat pun berusaha mengambil helmnya ketika itu kita,
Gue, Siali, Sibudi : “maling.. maling..”
Simamat : azzz (belum sempat mengambilnya, lalu duduk
kembali)
Hujan yang ditunggu untuk henti tak kunjung reda, beberapa
siswa-siswi masih terus berdatangan kesekolah yang masuk siang. Dikala itu, ada
beberapa siswi yang lewat didepan hadapan kita.
Siali : oh yang ini dik, anak AK (padahal cewe itu jurusan
AP, bukan AK) *administrasi perkantoran, akutansi*
Gue : Iya.
Sempet dia agak menoleh sebentar merasa dikiranya dia
haha. Jalan lagi, enggak lama ada yang
lewat lagi.
Gue : Yang ini li, tasnya warna ijo (padahal tas yang
dipakenya warna coklat haha).
Dalam pikiran gue, wah kayaknya itu anak cewe yang lewat
depan kita enggak lagi-lagi lewat didepan kita. Mungkin trauma mendalam, iyalah
secara dia merasa senang dan keGRan eh tapi malah bukan dia. Ahahahaha.
Masih terus berdatangan, lewat
lagi cewe berdua. Ini agak sopan, soalnya mereka bilang “punteun..” pas lagi
lewat depan kita. Gue yang sok-sok agak
ngerespon, “iya hati-hati awas licin kepleset” (pasti dibilang modus) haha.
Ada adek kelas cewek memakakai
jaket sebelum lewat didepan kita,
Gue : bud, GDS kan lo? (padahal
sibudi bukan GDS) Tuh ada yang make jaket, suruh lepas haha
Simamat : azz.. udah weh jangan,
kasian kasian :D
Lalu tuh cewek lewat aja didepan
kita dengan terburu-buru (perasaan gue enggak mengejarnya), oiya for your
information GDS itu adalah gadis, eh bukan. Itu singkatan dari Gerakan Disiplin
Siswa, salah satu organisasi yang berjalan untuk mendisiplinkan siswa-siswi yang
tidak sesuai dengan aturan disekolah ini. Mulai dari sepatu, kaos kaki (gue
langgar), yang telat (gue kadang-kadang aja), dan yang merazia isi dalam tas
*kepo banget sih itu orang*.
Pada perbincangan kita yang lagi
duduk-duduk aja, sepintas gue masih memikirkan adek kelas yang bernama Mia
berpapasan ketika selesai Test, karena gue Siali, dan Sibudi ngebahas Mia.
Simamat merasa cemburu karena dia juga suka sama Mia, bukan Mia adek kelas, melainkan Mia teman satu kelas, sejurusan, dan seangkatan.
Sibudi : eh si Mia tadi itu
jurusan apasih?
Siali : Jurusan MK (marketing)
Gue : Jurusan AK
Sibudi : sok tai lo
Siali : liat tuh, orang dia sama
anak-anak marketing
Sedangkan mamat diam saja,
perbincagan masih terjadi.
Gue : gue tuh pernah liat dia pake
baju jurusan AK warna biru
Siali : dih orang MK dik
Sibudi : tau loh..
Gue : anak AK dia , liat aja dari
mukanya. Muka-muka anak AK (masih teguh pendirian dengan sok taunya), coba
panggil aja. Kalo yang salah gimana nih?
Sibudi : telanjangin aja ditengah
lapangan
Siali : yaudah sok..
Gue : ok, tapi nanti gimana kalo
gue nelanjangin lo berdua haha.
Gue sih, emang sedikit agak yakin
kalo dia anak AK, perasaan gue sih emang dia anak AK tapi belum pasti nih yang
sebenarnya. Enggak lama, adek kelas sejurusan lewat dikoridor baru datang
sekolah (masuk siang), karena setahu gue dia kenal sama Mia (seangkatan).
Namanya Ardi MeSum, soalnya nama dibet-namenya Ardi M.S. yaudah kita panggil
aja, “woy.. ardi mesum” haha.. dia nengok, “sini di, sini sebentar” kata Siali.
Dia menghampiri.
Ardi : Apa ka?
Gue : enggak jadi, sana
Ardi : ... (lansung balik arah)
Ali : eh di, di sini bentar mau
nanya
Gue : Mia jurusan apa?
Ardi : yang anak osis itu?
Gue, Siali, Sibudi : iya
Ardi : Jurusan MK
Siali : alah dia dik
Sibudi : wah.. telanjangin
Kardus.. ternyata gue yang salah,
berharap enggak akan terjadi hukuman itu dan pura-pura alih pembicaraan aja.
Sibudi dan Siali selalu menyuruh gue telanjang ditengah lapangan. Bisa masuk
anj*ng gue, eh masuk angin, mana kondisi lagi hujan.
Ardi : siapa yang suka?
Siali : nih dika
Gue : enggak, enggak
Sibudi : gue, gue. Salamin aja
gitu (sok sok an nih anak)
Ardi : bener nih yah? (dengan muka
serius tapi nyengir)
Siali : salamin di
Sibudi : iya bener, salamin aja
dari gue (percaya diri nih anak)
Gue : udah sono, masuk-masuk, udah
belajar
Ardi MeSum pun melangkah
meninggalkan tempat dari perkumupulan kita. Enggak lama kemudian, kita
asik-asik lagi duduk diparkiran. Ardi dan Mia dari kelas samping, melihat kita
dan Mia pun melihat kearah kita dengan muka bingung. Mungkin Ardi membicarakan
kepada Mia hal yang tadi, dengan sok jeleknya Sibudi menampilkan wajahnya
setelah gue.
Siali : ih bud, dia kayak ngerasa
jij*k gitu pas ngeliat lo. Dikiranya sidika, eh taunya elo.
Sehina apakah sibudi ? Lapor ke
KPK bud, lapor !! (apa hubungannya?). Mungkin si Mia salting kali ya, lansung
balik badan dan jalan kearah depan kelas.
Masalah hukuman masih
dibahas-bahas dalam perbincangan, Simamat pun sepertinya mendukung mereka.
Harga diri gue hancur kalo memang itu harus dijalankan. Siali pun bilang ke gue
“udah dik mending samperin aja mia, bilang gini ke dia. Ah gara-gara elo gue
jadi telanjang nih”, budi pun begitu “udah sana lo haha”. Simamat lagi “padahal
dia yang ngebuat :v”. Kardus, sebenernya gue enggak lagi masuk acara ditv-tv
kan, yang suruh dadah-dadah kearah kamera? Hmmm.
Jarum jam menunjukan hampir kearah
jam 2, hujan masih terus berjatuhan dari awan-awan yang selalu diharapkan sama
pengusaha laundry kiloan (korbannya gue, enggak bisa ngejemur baju jadinya
ngelaundry kalo musim hujan).
Ada adek kelas cewe sejurusan yang
lagi kesusahan ngeluarin motor maticnya, mereka berdua. Satunya motor sudah
siap keluar, yang satunya lagi masih bingung karena memang posisinya sulit
untuk keluar. Kita pun hanya melihatnya dari kejauhan.
Siali : bantu tuh dik !
Simamat : weh bantuin itu
Sibudi : (fokus ngeliatin ceweknya
aja)
Siali : kita bukannya bantuin
malah ngeliatin aja
Gue bukannya mau modus tapi emang
panggilan dari hati untuk menolongnya (kasian, lagi hujan) lantas gue dengan
begonya malah mindahin motor yang ada didepan gue, bukan motornya dia. Langsung
gue berjalan kearah dia, berasa waktu berhenti pada saat itu, dan hujannya
berubah jadi salju, hembusan angin yang romantis (angin romantis kayak gimana
coba jelasin dik? Perasaan angin itu, angin topan, angin muson, angin laut,
angin duduk *capek kali anginnya, jadi duduk aja* hehe), dan yang tersisa
hanyalah kita berdua, serasa parkiran ini milik kita berdua (ok, ini lebay).
Gue langsung ambil alih motor dia, pas udah gue dorong sana dorong sini,
akhirnya bisa.
Sibudi : awas itu modus
Siali : dik tanya namanya siapa?
Gue : weh kardus, gue salting nih
bantuin kek
Enggak lama, motornya udah bisa
terbebaskan dari motor-motor jahat yang menghalangi motornya.
Gue : udah bisa belum nih ?
Dia (enggak tau namanya, nyesel
enggak kenalan dulu) : udah kok
Gue : yakin ? *dengan nada meyakinkan
dengan menatap wajahnya
Dia : iya kak
Gue : ok
Dia : makasih ya kak *dengan
senyuman
Gue : iya, woy ali, mana kartu
parkirannya ini bayar berapa ? haha
Ketika gue meninggalkan dia, dari
kejauhan temannya bilang sekali lagi “MAKASIH YA KA”. Dalem hati (belum bayar
parkir tuh haha *becanda*)
Menunggu hujan tak kunjung henti
itu membuat kita bosan, lantas kita bergegas untuk pulang ya walaupun masih
hujan (agak redaan sih).
Diperjalanan yang bawa motor
Sibudi, gue dibonceng (enggak mau basah karena melawan air hujan dari depan,
sebenarnya dari atas sih).
Sibudi : Shella tuh dik
Gue : mana?
Sibudi : itu tadi lagi jalan
Gue : oiya, kok jalan ya ?
Sibudi : enggak ada ongkos kali
haha
Gue : haha
Shella adalah teman seangkatan
tapi dia jurusan Akutansi, kalo kita sih Mulitmedia. Orangnya ya lumayan cakep.
Perjalanan menuju kosan belum sampai, dipinggir perjalanan ada mamang ketoprak
lantas Sibudi menawarkan.
Sibudi : Beli ketoprak dulu yuk
Gue : Boleh, makan disini aja
Sibudi : Yaudah deh, mang dua yang
satu pedes satunya lagi enggak.
Mamang ketoprak lansung segera
siap melayani kita (asik dilayani sama mamang-mamang, gimana rasanya? hehe)
Tiba-tiba Shella dan temannya
lewat, mungkin dalem hatinya Shella (ciee anak kosan lagi makan ketoprak). Hati
gue juga enggak mau kalah untuk melawan hatinya dia (ciee juga yang jalan kaki
dari sekolah). Mereka pun belok kearah mamang tahu yang berada disamping kita,
Sibudi pun melihatnya juga dalem hatinya (modus tuh dik, gara-gara ada kita aja
padahal enggak niat beli tuh haha).
Dua piring ketoprak siap
disajikan, kita mengambilnya dari tangan mamang tersebut.
Gue : yang pedes
Mamang Ketoprak : yang ini
Sibudi : dik enggak tawarin yang
dibelakang
Gue : makan ?!, *nada ngajak (kayak orang bego lagi, gue nawarin kedepan
padahal enggak ada siapa-siapa)
Gue langsung ngetik dihp enggak
bisa ngirim sms ke Sibudi (padahal pulsa ada, tapi masa aktif udah abis) “dia
rela jalan Cuma buat jajan disini” hp gue, gue kasihin ke Sibudi langsung
manatap gue dan tertawa haha.
Sibudi : iya bener
Gue : iya lumayan kan
Sibudi : Mungkin dia abis jajan
disini, kerumahnya lansung naik angkot (padahal rumahnya tinggal beberapa
langkah lagi)
Gue : bhahaha
Sambil melanjutkan makan ketropak,
dan menunggu hujan rintik yang masih terus berjatuhan. Menikmati setiap suapan
dari sepiring ketoprak tersebut. Setelah selesai.
Gue : berapaan bud? 7ribu, 6ribu
atau goceng?
Sibudi : berapa mang ?
Mamang Ketoprak : Semuanya 12ribu
Gue : nih (sambil ngasih duit
7ribu ngasih ke Sibudi), makasih ya mang
Mamang Ketoprak : iya sama-sama
Kita pun pulang menuju kekosan
selesainya dari makan ketoprak.
Sibudi : dik nyapa enggak nih?
Gue : udah lah jalan aja.
Sibudi : klaksonin aja, mungkin
dalam hatinya dia berharap disapa tuh
Gue : enggak usah, jalan, jalan..
(sok jual mahal gitu)
Dihari itu memang hujannya lagi awet, enggak
cepet move-on hujannya dari langit kayak hatinya Sibudi tuh sama si doi haha.
Menunggu itu memang membosankan,
apalagi menunggu yang tidak pasti (kayak lagi hujan, kapan redanya. Taunya
enggak reda-reda). Sembari menunggu kita bisa melakukan hal apa saja yang
menurut kita menyenangkan tapi jangan berlebihan ya.
0 komentar:
Posting Komentar