Minggu, 26 Januari 2014

Menunggu Hujan


8 Januari 2014, siang hari kurang lebih jam 12.30 tepatnya. Hari itu gue dan temen-temen gue akan pulang sekolah. Sebelumnya emang hari itu lagi galau awannya dilangit. Meneteskan air hujan yang tak kunjung henti, rintik-rintik terus berturunan. Tau lagu ini enggak,
Tik.. tik.. tik.. waktu berdetik, eh salah.
Tik.. tik.. tik.. bunyi hujan diatas genteng.
Airnya turun tidak terkira, cobalah tengok pohon dan ranting.
Pohon dan ranting kering semua (iyalah hujannya kan, diatas genteng bukan diatas pohon atau ranting). *mohon maaf jika ada kesalahan lirik, kok jadi nyanyi sih?! Ok*

 Salah satu temen gue mengajak untuk ke salah satu rumah temennya (temen gue juga) untuk menyelesaikan penulisan skenario film pendek tugas akhir sekolah yang akan dibuat dalam waktu dekat ini. Gue menolak, bukannya enggak mau tapi gue enggak enak aja, takutnya ngeramein dan enggak ngasih masukan ide, nanti malah banyak becanda bukan banyak kerja. Itu sih yang gue pikirin. Gue juga termasuk dalam pembuatan film pendek kelas tersebut, nantinya gue sebagai cameraman. Seneng pasti, karena dipilih. Tanggung jawab gue ya harus sebaik mungkin nanti jika sudah dilapangan, karena bagusnya proses editing tergantung pada nanti cara cameraman mengambil sebuah gambar tersebut. Tidak hanya itu, sutradara,  talent, boomer, editor, humas, property, editing dan yang lainnya juga enggak kalah penting dalam pembuatan film tersebut. Kita disini kerja tim, jadi ya harus saling mendukung dan saling memperbaiki. Dalam tim tersebut pastinya ada ketua atau pembina untuk mengkoordinasikannya.

Setelah gue menolak, ada beberapa temen gue juga yang enggak ikut dalam proses pembuatan skenarionya, yaitu Budi, Rahmat, dan Ali. Nama temen gue mungkin enggak asing kan?, di pasar juga banyak kok nama seperti itu hehe (becanda, serius juga enggak apa-apa kok) alasannya enggak jauh beda sama gue. Nah ketika kita mau pulang kerumah keluar dari gerbang sekolah, ternyata hujan gede (deras.. dik, deras.. mana ada hujan gede, emang segede apasih?) yang menghalangi kita untuk pulang. Kita menunggu hujan tersebut sampai reda. Lebih tepatnya kita menunggu diparkiran sambil duduk-duduk aja *padahal ngemodusin orang lewat haha. iseng sih becanda doang bukan modus haha*.

Sebelumnya, gue ngisengin helmnya Simamat. Mengambil (bukan maling) dan meletakannya dimotor orang lain enggak jauh dari motornya. Simamat pun sadar ketika kita lagi duduk-duduk, Siali bilang “Mat helmnya basah loh, naro posisinya bener enggak?”. Simamat pun lalu melihat kearah motornya, lalu bilang “aih ilang helmnya, aiya bener enggak ada”. Gue, Sibudi, dan Siali yang udah tau kalau Simamat lagi diisengin, langsung sok pura-pura panik. Enggak lama Simamat pun, melihat sekeliling parkiran dan melihat helmnya yang ternyata dimotor orang lain.

Simamat : tuh helm saya (datar)
Gue : Iyatuh mirip (sok polos)
Siali : punya orang kali mat (meyakinkan)
Simamat : enggak ah, bener itu merek G*nz
Gue : Mirip doang sih, belum tentu itu punya mamat. Tapi itunya buluk sih, berarti punya mamat tuh haha.
Siali, Sibudi, dan Simamat pun tertawa hahaha.
Simamat pun berusaha mengambil helmnya ketika itu kita,
Gue, Siali, Sibudi : “maling..  maling..”
Simamat : azzz (belum sempat mengambilnya, lalu duduk kembali)
Hujan yang ditunggu untuk henti tak kunjung reda, beberapa siswa-siswi masih terus berdatangan kesekolah yang masuk siang. Dikala itu, ada beberapa siswi yang lewat didepan hadapan kita.
Siali : oh yang ini dik, anak AK (padahal cewe itu jurusan AP, bukan AK) *administrasi perkantoran, akutansi*
Gue : Iya.
Sempet dia agak menoleh sebentar merasa dikiranya dia haha.  Jalan lagi, enggak lama ada yang lewat lagi.
Gue : Yang ini li, tasnya warna ijo (padahal tas yang dipakenya warna coklat haha).

Dalam pikiran gue, wah kayaknya itu anak cewe yang lewat depan kita enggak lagi-lagi lewat didepan kita. Mungkin trauma mendalam, iyalah secara dia merasa senang dan keGRan eh tapi malah bukan dia. Ahahahaha.
Masih terus berdatangan, lewat lagi cewe berdua. Ini agak sopan, soalnya mereka bilang “punteun..” pas lagi lewat depan kita. Gue yang sok-sok agak  ngerespon, “iya hati-hati awas licin kepleset” (pasti dibilang modus) haha.
Ada adek kelas cewek memakakai jaket sebelum lewat didepan kita,
Gue : bud, GDS kan lo? (padahal sibudi bukan GDS) Tuh ada yang make jaket, suruh lepas haha
Simamat : azz.. udah weh jangan, kasian kasian :D
Lalu tuh cewek lewat aja didepan kita dengan terburu-buru (perasaan gue enggak mengejarnya), oiya for your information GDS itu adalah gadis, eh bukan. Itu singkatan dari Gerakan Disiplin Siswa, salah satu organisasi yang berjalan untuk mendisiplinkan siswa-siswi yang tidak sesuai dengan aturan disekolah ini. Mulai dari sepatu, kaos kaki (gue langgar), yang telat (gue kadang-kadang aja), dan yang merazia isi dalam tas *kepo banget sih itu orang*.
Pada perbincangan kita yang lagi duduk-duduk aja, sepintas gue masih memikirkan adek kelas yang bernama Mia berpapasan ketika selesai Test, karena gue Siali, dan Sibudi ngebahas Mia. Simamat merasa cemburu karena dia juga suka sama Mia, bukan Mia adek kelas, melainkan Mia teman satu kelas, sejurusan, dan seangkatan.
Sibudi : eh si Mia tadi itu jurusan apasih?
Siali : Jurusan MK (marketing)
Gue : Jurusan AK
Sibudi : sok tai lo
Siali : liat tuh, orang dia sama anak-anak marketing
Sedangkan mamat diam saja, perbincagan masih terjadi.
Gue : gue tuh pernah liat dia pake baju jurusan AK warna biru
Siali : dih orang MK dik
Sibudi : tau loh..
Gue : anak AK dia , liat aja dari mukanya. Muka-muka anak AK (masih teguh pendirian dengan sok taunya), coba panggil aja. Kalo yang salah gimana nih?
Sibudi : telanjangin aja ditengah lapangan
Siali : yaudah sok..
Gue : ok, tapi nanti gimana kalo gue nelanjangin lo berdua haha.
Gue sih, emang sedikit agak yakin kalo dia anak AK, perasaan gue sih emang dia anak AK tapi belum pasti nih yang sebenarnya. Enggak lama, adek kelas sejurusan lewat dikoridor baru datang sekolah (masuk siang), karena setahu gue dia kenal sama Mia (seangkatan). Namanya Ardi MeSum, soalnya nama dibet-namenya Ardi M.S. yaudah kita panggil aja, “woy.. ardi mesum” haha.. dia nengok, “sini di, sini sebentar” kata Siali. Dia menghampiri.
Ardi : Apa ka?
Gue : enggak jadi, sana
Ardi : ... (lansung balik arah)
Ali : eh di, di sini bentar mau nanya
Gue : Mia jurusan apa?
Ardi : yang anak osis itu?
Gue, Siali, Sibudi : iya
Ardi : Jurusan MK
Siali : alah dia dik
Sibudi : wah.. telanjangin
Kardus.. ternyata gue yang salah, berharap enggak akan terjadi hukuman itu dan pura-pura alih pembicaraan aja. Sibudi dan Siali selalu menyuruh gue telanjang ditengah lapangan. Bisa masuk anj*ng gue, eh masuk angin, mana kondisi lagi hujan.
Ardi : siapa yang suka?
Siali : nih dika
Gue : enggak, enggak
Sibudi : gue, gue. Salamin aja gitu (sok sok an nih anak)
Ardi : bener nih yah? (dengan muka serius tapi nyengir)
Siali : salamin di
Sibudi : iya bener, salamin aja dari gue (percaya diri nih anak)
Gue : udah sono, masuk-masuk, udah belajar
Ardi MeSum pun melangkah meninggalkan tempat dari perkumupulan kita. Enggak lama kemudian, kita asik-asik lagi duduk diparkiran. Ardi dan Mia dari kelas samping, melihat kita dan Mia pun melihat kearah kita dengan muka bingung. Mungkin Ardi membicarakan kepada Mia hal yang tadi, dengan sok jeleknya Sibudi menampilkan wajahnya setelah gue.
Siali : ih bud, dia kayak ngerasa jij*k gitu pas ngeliat lo. Dikiranya sidika, eh taunya elo.
Sehina apakah sibudi ? Lapor ke KPK bud, lapor !! (apa hubungannya?). Mungkin si Mia salting kali ya, lansung balik badan dan jalan kearah depan kelas.
Masalah hukuman masih dibahas-bahas dalam perbincangan, Simamat pun sepertinya mendukung mereka. Harga diri gue hancur kalo memang itu harus dijalankan. Siali pun bilang ke gue “udah dik mending samperin aja mia, bilang gini ke dia. Ah gara-gara elo gue jadi telanjang nih”, budi pun begitu “udah sana lo haha”. Simamat lagi “padahal dia yang ngebuat :v”. Kardus, sebenernya gue enggak lagi masuk acara ditv-tv kan, yang suruh dadah-dadah kearah kamera? Hmmm.
Jarum jam menunjukan hampir kearah jam 2, hujan masih terus berjatuhan dari awan-awan yang selalu diharapkan sama pengusaha laundry kiloan (korbannya gue, enggak bisa ngejemur baju jadinya ngelaundry kalo musim hujan).
Ada adek kelas cewe sejurusan yang lagi kesusahan ngeluarin motor maticnya, mereka berdua. Satunya motor sudah siap keluar, yang satunya lagi masih bingung karena memang posisinya sulit untuk keluar. Kita pun hanya melihatnya dari kejauhan.
Siali : bantu tuh dik !
Simamat : weh bantuin itu
Sibudi : (fokus ngeliatin ceweknya aja)
Siali : kita bukannya bantuin malah ngeliatin aja
Gue bukannya mau modus tapi emang panggilan dari hati untuk menolongnya (kasian, lagi hujan) lantas gue dengan begonya malah mindahin motor yang ada didepan gue, bukan motornya dia. Langsung gue berjalan kearah dia, berasa waktu berhenti pada saat itu, dan hujannya berubah jadi salju, hembusan angin yang romantis (angin romantis kayak gimana coba jelasin dik? Perasaan angin itu, angin topan, angin muson, angin laut, angin duduk *capek kali anginnya, jadi duduk aja* hehe), dan yang tersisa hanyalah kita berdua, serasa parkiran ini milik kita berdua (ok, ini lebay). Gue langsung ambil alih motor dia, pas udah gue dorong sana dorong sini, akhirnya bisa.
Sibudi : awas itu modus
Siali : dik tanya namanya siapa?
Gue : weh kardus, gue salting nih bantuin kek
Enggak lama, motornya udah bisa terbebaskan dari motor-motor jahat yang menghalangi motornya.
Gue : udah bisa belum nih ?
Dia (enggak tau namanya, nyesel enggak kenalan dulu) : udah kok
Gue : yakin ? *dengan nada meyakinkan dengan menatap wajahnya
Dia : iya kak
Gue : ok
Dia : makasih ya kak *dengan senyuman
Gue : iya, woy ali, mana kartu parkirannya ini bayar berapa ? haha
Ketika gue meninggalkan dia, dari kejauhan temannya bilang sekali lagi “MAKASIH YA KA”. Dalem hati (belum bayar parkir tuh haha *becanda*)
Menunggu hujan tak kunjung henti itu membuat kita bosan, lantas kita bergegas untuk pulang ya walaupun masih hujan (agak redaan sih).
Diperjalanan yang bawa motor Sibudi, gue dibonceng (enggak mau basah karena melawan air hujan dari depan, sebenarnya dari atas sih).
Sibudi : Shella tuh dik
Gue : mana?
Sibudi : itu tadi lagi jalan
Gue : oiya, kok jalan ya ?
Sibudi : enggak ada ongkos kali haha
Gue : haha
Shella adalah teman seangkatan tapi dia jurusan Akutansi, kalo kita sih Mulitmedia. Orangnya ya lumayan cakep. Perjalanan menuju kosan belum sampai, dipinggir perjalanan ada mamang ketoprak lantas Sibudi menawarkan.
Sibudi : Beli ketoprak dulu yuk
Gue : Boleh, makan disini aja
Sibudi : Yaudah deh, mang dua yang satu pedes satunya lagi enggak.
Mamang ketoprak lansung segera siap melayani kita (asik dilayani sama mamang-mamang, gimana rasanya? hehe)
Tiba-tiba Shella dan temannya lewat, mungkin dalem hatinya Shella (ciee anak kosan lagi makan ketoprak). Hati gue juga enggak mau kalah untuk melawan hatinya dia (ciee juga yang jalan kaki dari sekolah). Mereka pun belok kearah mamang tahu yang berada disamping kita, Sibudi pun melihatnya juga dalem hatinya (modus tuh dik, gara-gara ada kita aja padahal enggak niat beli tuh haha).
Dua piring ketoprak siap disajikan, kita mengambilnya dari tangan mamang tersebut.
Gue : yang pedes
Mamang Ketoprak : yang ini
Sibudi : dik enggak tawarin yang dibelakang
Gue : makan ?!, *nada ngajak  (kayak orang bego lagi, gue nawarin kedepan padahal enggak ada siapa-siapa)
Gue langsung ngetik dihp enggak bisa ngirim sms ke Sibudi (padahal pulsa ada, tapi masa aktif udah abis) “dia rela jalan Cuma buat jajan disini” hp gue, gue kasihin ke Sibudi langsung manatap gue dan tertawa haha.
Sibudi : iya bener
Gue : iya lumayan kan
Sibudi : Mungkin dia abis jajan disini, kerumahnya lansung naik angkot (padahal rumahnya tinggal beberapa langkah lagi)
Gue : bhahaha
Sambil melanjutkan makan ketropak, dan menunggu hujan rintik yang masih terus berjatuhan. Menikmati setiap suapan dari sepiring ketoprak tersebut. Setelah selesai.
Gue : berapaan bud? 7ribu, 6ribu atau goceng?
Sibudi : berapa mang ?
Mamang Ketoprak : Semuanya 12ribu
Gue : nih (sambil ngasih duit 7ribu ngasih ke Sibudi), makasih ya mang
Mamang Ketoprak : iya sama-sama
Kita pun pulang menuju kekosan selesainya dari makan ketoprak.
Sibudi : dik nyapa enggak nih?
Gue : udah lah jalan aja.
Sibudi : klaksonin aja, mungkin dalam hatinya dia berharap disapa tuh
Gue : enggak usah, jalan, jalan.. (sok jual mahal gitu)
 Dihari itu memang hujannya lagi awet, enggak cepet move-on hujannya dari langit kayak hatinya Sibudi tuh sama si doi haha.
Menunggu itu memang membosankan, apalagi menunggu yang tidak pasti (kayak lagi hujan, kapan redanya. Taunya enggak reda-reda). Sembari menunggu kita bisa melakukan hal apa saja yang menurut kita menyenangkan tapi jangan berlebihan ya.


0 komentar:

Posting Komentar