Selasa, 31 Desember 2013

Tak Seindah Dibelakang


Pernah nonton berita, acara live, sinetron atau film ? pasti lo pernah kan melihat semuanya itu (ya walaupun nontonnya diwarung atau tetangga sebelah hehe). Semuanya itu dengan mudah lo bisa menikmatinya, terkadang lo pernah merendahkan dari salah satunya  “ah enggak seru nih filmnya” atau apalah bla bla bla bla, dengan enaknya lo berkata kayak gitu *dibacanya pake nada santai aja ok, jangan ngotot gitu, diliatnya enggak enak hehe*, tau enggak sih lo, itu membuat film enggak instant kayak ind*mie bisa langsung dimakan (buka bungkusnya>>remukin mienya>>kasih bumbu>>langsung makan, loh enggak dimasak? lupakan) lama banget kalau mau tau, belum menyusun skenarionya yang mengalami revisi, revisi, dan revisi untuk menghasilkan yang baik bahkan terbaik, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, serius ada loh.
Tau enggak dari semua acara yang siap ditampilkan tersebut? Itu berkat kerjasama dan kerja keras crew dibelakang layar loh, enggak Cuma itu mereka terkadang rela waktu istirahatnya dipakai untuk mengerjakan acara tersebut (resiko setiap pekerjaan itu memang ada).

Contoh kasus begini, ada salah satu stasiun televisi (enggak usah disebut nama perusahaannya) yang memerintahkan dengan dadakkan bahwa dia ditugaskan meliput kejadian bencana alam Tsunami di Aceh,  paska terjadinya Tsunami itu ketika jam 3 dini hari WIB dia diberangkatkan dari Jakarta (misalnya) untuk mendapatkan secara cepat informasinya dan meliputnya untuk segera ditayangkan di televisi. Tidak hanya itu saja, bisa jadi taruhannya nyawa melayang (kayak layangan dipinggir pantai aja, apasiih !). Loh kenapa? Iya pada saat posisi dia sedang meliput dilapangan, kita tidak tahu kan bisa jadi tiba-tiba Tsunami datang kembali (contoh doang, jangan serius gitu dong mukanya) dan kita hanya bisa melihatnya dan mendapatkan informasinya lewat televisi.
Entah itu dikejar deadline yang mengharuskannya (baca: pasti sih), apalagi acara sinetron yang kejar tayang. Ini lebih melelahkan banget dibagian crew-crewnya bukan hanya itu, pemeran-pemerannya juga termasuk. Karena hari ini shooting, besoknya harus sudah tayang, jadi butuh tenaga dan pemikiran yang ekstra untuk menyelesaikannya.

Sudah mengerti belum? Ok lanjut lagi nih, mungkin ini juga pernah terjadi pada lo *yang pernah jadi panitia penyelenggara.
Kasus contoh lagi, mungkin disekolah lo pernah atau sering ada event-event tertentu gitu? Atau event-event diluar sekolah? Terus lo bagian dari panitianya?

Capek, pusing, laper, ngantuk, dan kawan-kawannya lah. Mungkin lo sering mengalaminya ketika jadi panitia tersebut. Ya kan? Jarang peserta dan pengunjung ada yang tau kondisi kita pada saat itu (emang penting buat gue). Jatuh bangunnya itu selalu ada, ketika mengajukan proposal sering ditolak, enggak ada yang mau kerjasama. Menyebarkan informasinya, banyak yang mengacuhkannya, menentukan konsep, selalu persiapan dan kesiapan sebelum hari H acara. Itu membutuhkan banyak tenaga dan pikiran, masih banyak lagi sebenarnya.

 Acara tersebut dengan akhirnya seru dan memuaskan para pengunjung, enggak sia-sia perjuangan yang berada dibelakang dari acara tersebut.

Pengalaman gue dan teman-teman gue, pada saat kelompok kita ditugaskan membuat sebuah videoclip dalam waktu 3 hari atau 7 hari kalo enggak salah (mulai labil nih) lupa, kelas sebelah malah 1 hari. Kekompakan dan kerjasama tim disini dibutuhkan, dari penulis skenario, sutradara, kameraman, talent, property,  editing dan yang lainnya (kalo disebutin semua lumayan banyak bagian-bagiannya). Pada saat itu hari sekolah (baca: bukan liburan), waktu jam pelajaran di sekolah kita terkadang sampai jam 3 sore, jadi memanfaatkan waktu untuk menyelesaikan videoclip tersebut. Pengalaman pahitnya emang apa aja sih? Banyak, pernah beberapa scene sampai take belasan dan hanya mendapatkan video satu yang pas, konflik kecil didalam (mungkin beda pendapat), minta tempat izin take tapi enggak diizinin, talent sering dimarahi sutradara, pulang magrib, keterbatasan alat, dikejar deadline pastinya dan banyak lagi kalo mau tau.

Setelah videoclip tersebut terselesaikan, mungkin orang lain bisa menikmatinya begitu saja dan kadang berkomentar (pasti !), kalo dipuji pasti kita senang dan kalau dicela (ya syukurin tuh haha).  Mungkin mereka tidak tau kalau dibalik layarnya itu banyak kendala dan hadangannya.

Intinya, ya coba lah untuk menghargai setiap karya atau sesuatu apa yang telah diberikan untuk kita dengan mengapresianya dengan baik dan positif. Kalaupun mau kritik ya disertakan juga dengan sarannya, jangan hanya mengritik tanpa saran (baca: ITU SAMA AJA MENGEJEK).


Ok sekian postingan gue diakhir tahun 2013 ini, semoga bisa memberi banyak manfaat kedepannya untuk wawasan yang lebih luas. Sampai ketemu dipostingan-postingan di tahun 2014 :)
*jangan bosan membaca, karena dengan membaca kita akan mengetahuinya (sok-sok ngasih quotes)

2 komentar:

  1. Bener tuh, seharusnya belajar cara menghargai suatu karya, sebagaimana susahnya membuat karya tersebut ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyap bener sol, ya seengaknya dikasih senyum aja juga enggak apa-apa :)

      Hapus