Minggu, 18 Maret 2018

Suatu Hari Pada Saat Itu..

Gue ingin menuliskan ini untuk diri gue pribadi untuk menjadi cerita di masa - masa yang akan datang, mungkin catatan dan cerita untuk anak - anak gue kelak.

Satu tahun lalu tanggal 18 Maret 2017 pada malam itu gue sedang berbaring di ruang operasi tepat jam 8 malam di RS Bedah Benggala, Kota Serang. Satu hari sebelumnya insiden kecelakaan tunggal terjadi pada gue tanggal 17 Maret 2017, hari Jum'at jam 6 pagi di Jalur Cisarua, Bogor.

Hal itu terjadi sama gue ketika ingin menuju Cianjur dari Cikande ke acara pernikahan Kakaknya temen gue, ya Rodini. Menggunakan sepeda motor, dua motor tiga orang, yaitu gue sendiri, Rodini bersama Budi berboncengan.

Beberapa hari sebelum keberangkatan gue sudah memperbicarakannya kepada Rodini yang mengajak gue untuk menemaninya kesana. Gue pun bersedia. Emang awalnya rada pesimis, karena kita terkendala di waktu. Ya kita berdua kerja. Setelah berbincang ini itu, dan mempertimbangkan segalanya. Kita menetapkan untuk berangkat. Padahal dari orang tua kita berdua, emak gue dan emak Rodini. Menyarankan untuk enggak usah memaksakan berangkat, karena kendala waktu kerja. Tapi gue pribadi kekeh untuk menemani Rodini ke Cianjur menemani datang ke pernikahan kakaknya.

Kita berdua pun berpikir, akhirnya tiga hari atau dua hari sebelum hari H. Gue pun mengabari dan mengajak Budi untuk ke Cianjur, touring menggunakan motor. Niatnya pun ke Cianjur seperti awal yang gue tulis, dan ada rencana setelahnya menuju Bandung. 

Kamis 16 Maret 2017, sepulang gue kerja. Sudah mempersiapkan sore harinya untuk gas nanti malam menuju Jakarta, ke kost'an Rodini yang letaknya di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Oli pun sudah gue ganti, dan memasang lampu hazard pada motor. Biar sok - sok'an kek anak touring beneran gitu haha.

Jam 8 gue dirumah mengabari Budi, untuk memastikan kesiapannya. Gue udah izin ke kedua orang tua gue, awalnya enggak mengizinkan begitu saja. Mungkin orang tua gue mempertimbangkan dari berbagai aspek, mungkin gue capek baru pulang kerja, dan keesokannya harus izin kerjar. Yaa dengan berat hati akhirnya membolehkan gue, karena gue orangnya ngeyel. Hft.

Jam 9 gue berangkat menuju rumah Budi, diinterogasi sama Ibunya. Ya gue jawab jujur apa adanya, sesuai. Enggak lama menunggu, gue dan Budi pun berangkat membawa motor masing - masing menuju Jakarta. 

Perjalanan malam itu kita lewati berdua dari Cikande, Tangerang, dan akhirnya sampai di lokasi kost'an Rodini, Kebayoran Lama. Kurang lebih tiba disana jam 11. Singgah sejenak, dan rehat. Dan Gila, masa Rodini ngajakin mau malam itu juga berangkat, ya jam 12 malam. Sungguh, gue belum berpengalaman bawa motor malem - malem banget untuk Jarak Jauh, kalau pulang jam tiga dini hari sampai Shubuh dari Jakarta ke Cikande pernah sama Ali. Tapi ini, Cianjur. Gue dan Budi pun menolak. Ya karena faktor malam, dan sangat butuh istirahat, karena gue pun belum sempat istirahat dirumah, dan Rodini pun juga baru selesai dinas malam itu.

Kita bertiga pun tidur berbaris, mengatur alarm jam 4 shubuh di HP sesuai kesepakatan sebelum kita terlelap dalam tidur.
Sungguh berat untuk bangun di jam itu, gue dan Budi pun masih males - malesan diatas kasur. Rodini pun sudah bergegas mandi. Akhirnya gue menguatkan mata untuk bergegas mandi menunggu Rodini selesai. 

Rodini pun menyemangati kita untuk segera siap - siap. Yap, kurang lebih jam 4:15 Shubuh itu kita sudah siap untuk gas menuju Cianjur. 


Sebenarnya kondisi ban belakang motor gue kurang nyaman, rada bergelombang gitu. Gue mencoba menikmati aja membawa motornya.

Jakarta hari Jum'at pada jam itu masih lengang, kita terus gas membawa motor. Baru sebentar perjalanan, kita melipir ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar motor. Yap full thank! Cianjur jauh.

Sendiri, dingin. Coba ditemenin kamu, seenggaknya ada teman berbincang didalam kedinginan itu. Tak usah memeluk. Oke skip.

Jalan berlubang kadang kita dapati, sial! Gak nyampe setengah jam sudah sampai di Depok. Terus gas terus, adzan Shubuh pun sudah berkumandang, Kita tahu dan jalan terus. Harusnya kita bertiga singgah ke masjid dulu, yaa salah kita bertiga. Entah kita mengejar apa. Kita bertiga pun saling menyalahkan kalau setiap membahas ini.

Jam 5an kita sudah di Bogor, dingin banget. Sempat gue mengirim teks via Whatsapp sedang pelan bawa motor jalan sepi, udah di Bogor nih. Dingin. Hai Putri.

Kedua motor pun terus berjalan, sampai akhirnya jam setengah enam di daerah gerbang Tol apa ya, lupa gue. Belum menguasai daerah Bogor si, kita singgah sarapan bubur Cianjur kayaknya ya? Bud Rod? Iya Bubur Cianjur tulisan yang gue inget. Enaak, emang lagi lapernya. Sayang porsinya kurang.

Setelah sarapan bubur Ayam dan menenggak segelas teh tawar hangat, kita melanjutkan perjalanan menuju Cianjur. Kita sudah diluar Bogor Kotanya, sudah memasuki kabupaten Bogor.

Kondisi Jalanan pun masih sepi, lancar dan menanjak. Sudah masuk jalur menuju Cisarua. Enggak lama selepas kita sarapan, dan melanjutkan perjalanan. Disinilah insiden kecelakaan tunggal gue terjadi.

Entah faktor apa, konsentrasi gue berkurang. Pada saat kecepatan 60km/jam, gue pun menatap spedometer motor gue. Melamun sejenak, memerhatikan spedometer yang berjalanan naik, tiba - tiba gue kaget ngeliat jarak gue terlalu dekat dengan motor yang dikendarai Rodini dan Budi, sedikit nabrak knalpotnya, lalu reflek ngerem depan mendadak. Karena Rodini sempat mengerem, karena didepannya ada motor yang searah ingin belok kanan dan sudah lampu sein kanan, Rodini mengerem dan mengurangi kecepatannya. Gue emang lagi kurang konsentrasi pada saat itu, jadi kurang sigap dalam jaga jarak dan rem mendadak seketika takut menabrak penuh motor yang dibawa Rodini memboncengi Budi.

Terbantinglah gue kearah kiri dan posisi ngejungkel kepala dan bahu kiri yang mendarat diaspal terlebih dahulu, dan terseret beberapa meter. Kaget, dan gue pun langsung beristigfar. Dua teman gue pun menoleh kebelakang, dan melihat gue sudah jatuh tersungkur diaspal, menghampirinya dan ada dua warga sekitar yang membantu gue untuk terbangun dari jalan, dan meminggirkan motor gue. Kondisi jalanan sepi, entah deh kalau ada truck, mobil, atau motor dibelakang gue. Sang Pencipta masih memberikan umur untuk gue.

Shock.. Seketika ingat kedua orang tua, salah apa gue? Gue takut. Pasti mereka khawatir banget apa yang baru saja gue alami.
Gue pun duduk sejenak dan dicoba tenangkan oleh Rodini, Budi pun ke warung untuk membelikan gue air mineral. Gue merintih sakit dibahu kiri, gue udah rasa pasti Patah. Benar, tulang clavicula kiri gue patah, nongol keluar, Rodini sempat agak ngeri ngeliatnya. Dikira gue hanya jatoh biasa, dan enggak ada yang cidera. jaket gue pun sobek, celana, robek, helm pun lecet parah tergerus aspal. Motor gue pun parah, enggak sempat memerhatikan motor. Yang gue pikirkan selalu, Kedua Orang tua dan Sang Pencipta pada saat itu. Merasa bersalah banget pada diri sendiri.

Karena tulang clavicula kiri gue patah, disarankan sama warga yang membantu gue untuk dibawa ke tempat urut pengobatan patah tulang daerah sana.
Kita diantar, motor gue dititipkan ditempat kejadian. Lokasinya jauh juga dari jalan utama, naik turun perkampungan. Dingin udara disana dan ada beberapa villa, gue pun dibonceng Rodini. Budi dibonceng sama warga sekitar yang mengantari. 

Menggigil bergetar tangan dan bibir gue, dan tak henti beristigfar sambil menahan rasa sakit. Tibalah ditempat urut patah tulang disana. Gue duduk sejenak disuguhkan teh anget, sambil menunggu Si Abah, untuk menemui dan mengurut gue.

Ternyata disana banyak yang lebih parah patah tulangnya daripada gue, beragam. Jadi kayak panti aja disana. Ada yang tinggal udah berminggu - minggu, berbulan - bulan. Oh gue membayangkan gue tinggal disana dalam waktu satu bulan bahkan lebih untuk penyembuhan tulang clavicula ini.

Tibalah Si Abah pengurut ini datang menghampiri gue, dan gue sedikit bercerita, dan enggak lama menyuruh lepas pakaian atas yang gue kenakan.
Disuruh tenang, dan kaki badan gue dipegangi orang - orang disana termasuk Rodini memegangi kaki gue. Gue pun diledek sama pasien disana, jangan nangis yaa malu tuh sama rambut gondrong. Gue pun pasrah. dan tiba - tiba tangan kiri dan bahu gue ditarik, "kreeuk.." bunyinya, gue pun berteriak menyebut nama Tuhan dan beristigar, sampai tiga kali ditarik. Yaampun sakitnya bukan main. Selesai, dibebet pakai kain dan tangan gue pakai kain, agar posisi tangan enggak banyak gerak. 

Jam 7 waktu setempat, gue belum mengabari kedua orang tua gue. Takut, ngerasa bersalah banget, enggak denger perkataan mereka. Sekarang malah dibuat khawatir. Mau enggak mau gue mengabari teks ke bokap dan emak gue via Whatsapp. Enggak lama, bokap gue nelpon. Dan gue jelasin begini begitu, dan gue bilang enggak usah khawatir banget. Sekarang dika udah di tempat urut. Selang bokap gue nelpon yang sedang di tempat kerja. Emak gue pun menelpon, yang sudah terdengar suara menangis. Gue orangnya melankolis, dan mudah cengeng kalau menyinggung dan membayangkan kedua orang tua gue. Ketika bertelponan gue pun akhirnya menangis juga, berat. "Kan mamah udah bilang, enggak susah dika, kamukan besok kerja.. bandel si dibilanginnya" sambil nangis. Sungguh gue bersalah banget. Udahmah gak sholat Shubuh, enggak mematuhi perkataan orang tua. Masuk neraka dah gue. Tuhan pun langsung mengingatkan langsung dengan memberi gue cobaan.

Kedua orang tua gue tak henti - hentinya menelpon gue, menanya lokasi dimana sekarang diurutnya. Dan mereka pun bergegas kesini dengan menyewa mobil tetangga untuk menghampiri gue. 

Sedangkan Rodini dan Budi membantu gue untuk membelikan gue Susu, dan vitamin tulang dan beberapa makanan untuk sarapan tambahan gue. Lalu mereka mengurusi kondisi motor gue yang rusak komstir motor, entah deh apa yang dibenarkan. Menghabiskan 150ribu kalau enggak salah menggunakan uang Rodini.

Sambil menunggu kedatangan kedua orang tua gue, gue istirahat sejenak dan tiduran di panti urut patah tulang disana. Sambil meratapi apa yang baru saja gue alami. Sungguh banyak merepotkan banyak orang, teman - teman gue Rodini dan Budi, yang ingin ke Cianjur ke acara pernikahan kakaknya dan Budi yang sudah mengharapkan bermain di Bandung. Itu sirna begitu saja pasca kecelakaan tunggal gue. Kedua orang tua gue, emak gue yang sedang mengurusi rumah, dan bokap gue yang sedang bekerja akhirnya ijin untuk pualng awal karena anaknya sedang tertimpa musibah.

Menyesal? Mau gimana lagi, apa yang harus disesali kalau udah terjadi?

Tiba Omnya Bokap gue (manggilnya apa ya? Adiknya nenek gue. Abah juga berarti ya?) yang tinggal daerah Bogor untuk menemui gue yang dikabarkan oleh bokap. Cerita ini itu. Kenapa bisa kecelakaan dan bla- bla, waktu Sholat Jum'at pun tiba. Rodini, Budi, dan Abah gue bergegas menuju masjid. Gue hanya bisa terbaring istirahat diatas kasur.

Jam setengah dua, kedua orang tua gue tiba dilokasi tempat gue. Emak gue pun mengalirkan air matanya. Dia parno banget, takut gue kenapa - napa. Mungkin membanyangkan gue berdarah - darah pada saat kecelakaan.
Karena orang tua gue sayang, gue pun akhirnya diceramahi. Ya musibah, mau diapain lagi? Harus diterima. "Memang kita punya rencana, bagaimanapun Allah yang menghendakinya" emak gue berkata.

Kedua orang tua gue pun istirahat sejenak dan berbincang sama si Abah pengurut ini. Jam 3 sore akhirnya gue dibawa pulang, karena jarak Cikande - Bogor cukup jauh kalau gue dirawat disini. Bogor pun Hujan.
Gue pulang naik mobil bersama orang tua, sedangkan Rodini dan Budi membawa motor masing - masing, motor gue dibawa Rodini.

Gue pun mengirim teks ke mereka, hati - hati Hujan.
Dalam perjalanan, gue disuruh memilih. Mau medis atau alternatif. Ngebayangin sakit banget diurut. Akirnya gue memilih jalur medis.Keesokan Harinya menuju RS Bedah Benggala di Kota Serang. 

...


Lanjut dipsotingan selanjutnya

0 komentar:

Posting Komentar